Pada tulisan kali ini saya akan mencoba berbagi pengalaman mengenai ber-Amar Makruf Nahyi Munkar atau secara singkatnya tentang berdakwah dan berbagai tantangannya. Jadi inget buku yg berjudul "Melawan dengan Cinta"
besutan Ustdz Abay Abu Hamzah tepatnya pada bagian pengantar buku. Tentang cerita anak muda yg tengah asyik hura2 dipentas musik dan hubungannya dengan materi Mad'u Oriented dan Da'I Oriented. Kali ini saya akan membahas tentang perasaan marah yg dirasakan ketika ada kemunkaran di depan mata. Teringat dg satu hadits mengenai menyikapi kemaksiatan apakah mencegahnya dengan tangan kita, lisan ataukah dg selemah2 iman yakni dg mendoakannya? Tinggal mana yg akan kita pilih.
Suasana suka cita menyelimuti setiap muslim pada malam
itu, semua berlomba mengumandangkan puji2an mengangungkan Allah swt. semua
terlarut dalam kegembiraan menyambut hari esok, hari kemenangan bagi orang2 yg
beriman. Ya, hari esok adalah idul fitri. Malam itu ternyata tidak dilewatkan
oleh para anak muda yg berencana menghabiskan malam dengan meneguk minuman
keras. Hal itu terdengar oleh telingaku sendiri, karena mereka berbincang tepat
di samping rumah. Mereka telah membeli barang haram itu dan berencana
menghabiskannya di tempat tepat samping rumah. Karena jiwa yg begitu menggebu
ingin melawan kemunkaran dengan hati yg kesal, saya langsung menghampiri para
pemuda itu, seketika dg nada yg tinggi saya marahi semuanya dengan omelan2 dan
memperingatkan konsekuensi dari perbuatan mereka. Tidak berhenti sampai di
sana, karena mereka tidak serius dan tidak mau mengurungkan niatnya, maka aku
pegang minuman haram itu, kemudian aku pecahkan semua botol yg berada di
plastik hitam. Lihat apa yg terjadi dg cara dakwah yg demikian? Hohoho
…..ternyata tidak ada hasil yg melekat pada diri pemuda2 itu. Selang beberapa
waktu, saya mendengar bahwa geng pemuda itu membuat ulah lagi, mereka mencuri
bunga dari warga hanya karena ingin mencari tahu dan penasaran karena bunga
tersebut dapat memabukkan orang yg meminumnya. Dakwah dengan cara yg tidak
tepat malah akan menjadi boomerang bagi seorang da'i. perlu permainan cantik
dalam melakukannya. Bukan malam serampangan dalam bertindak. Bukankah dengan
dakwah kita ingin mencegah kemunkaran dan kemaksiatan di muka bumi? Bukan malah
seperti si Kira pada film Death Note yg membunuh setiap orang demi menciptakan
dunia baru yg damai tanpa penjahat. Pernah terlintas sewaktu SMA memang untuk
melakukan hal yg sama dengan Kira, cukup dengan menulis nama si penjahat paa
Death Note maka penjahat tersebut akan mati karena serangan jantung, hohohoho
dunia khayal!!! Hal yang gila ketika saya ingat kembali memori itu. Dengan
melakukan itu, akar permasalahan tidak akan tersentuh, malah akan menimbulkan
masalah baru, buktinya si Kira malah ingin jadi Tuhan di dunia barunya kelak,
memangnya dia nggak akan mati apa??? Jika kita analogikanpada dunia sekarang
adalah: tidak akan ada habisnya jika terus melakukan perbaikan pada ranting dan
cabang masalah. Kemiskinan dengan orang2 yg miskin, kebodohan dg orang2 yg
bodoh, kelaparan dg orang2 yg lapar. Bukan permasalahn miskin, bodoh, lapar dan
orang2 yg mederitanya yg menjadi akar permasalahan. Itu dan mereka adalah
korban dari kejahatan mendasar dari sistem yg berlaku pada saat ini. Mengapa?
Kita tengok dari satu kasus korupsi di negeri tercinta ini. Sejak di bentuknya
KPK saya rasa tidak berkurang sedikit pun, malah bertambah. Orang2 yg
tertangkap dilansir adalah kelas teri, apalagi kelas kakapnya? Korupsi
sebenarnya buah dari sistem yg rusak, yakni sistem demokrasi yg memberikan
ruang bebas dalam penetapan kepemilikan sehingga kepemilikan rakyat digunkan
untuk kepentingan kantong pribadi.
Ibrahnya adalah: dakwah adalah kewajiban setiap muslim
dan merupakan bentuk konsekuensi kemimanan pada Allah swt. selain itu, dakwah
juga merupakan bentuk realisasi cinta pada Allah, karena dakwah berusaha
mengarahkan dan menjaga manusia dari penyelewengan terhadap aturan2 Allah. Oleh
karena itu, sudah sepantasnya, karena dakwah adalah wujud cinta kita pada
Allah, maka menjalaninya haruslah dipenuhi dengan kesadaran dan penuh cinta.
Bukan dengan amarah yg tak tentu landasannya. Ketegasan dan kejelasan dalam
penyampaian dakwah memang perlu dijaga agar tidak mengurangi esensi dari opini
yg ingin kita sampaikan,akan tetapi cara penyampaiannya haruslah diiringi
kejelian bertindak dalam menghadapai berbagai kondisi dan situasi mad'u.
bukankah ketika kita berdakwah (memberi nasihat pada kebajikan) ingin didengar
dan diaplikasikan oleh pendengar dan menjadi penguat bagi kita. Mari berdakwah,
rubah dunia dengan Islam agar terwujud dan nampak bahwa Islam adalah Rahmatan lil 'alammin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar