Rabu, 30 Juli 2014

Sebuah Konsekuensi


Alamiahnya ketika kita melakukan penawaran akan selalu ada penerimaan atau penolakan. Eits, penerimaan dan penolakan di sini adalah bukan penolakan atau penerimaan sebuah lamaran pernikahan, bukan, bukan yang itu bro n sis. Hehe :p

Bukan pula penerimaan dan penolakan lamaran pekerjaan,
yang ingin saya bicarakan di sini adalah tentang penawaran sebuah ide ke tengah-tengan masyarakat terkait ide-ide Islam yang ingin kita jadikan sebuah opini umum. Terlalu berbelit ya? Ah, itu adalah semata-mata bentuk dari kekurangan saya.

Gini lho maksudnya, terkadang ketika kita berdakwah adakalnya kita diterima atau bahkan mengalami penolakan yang sangat menyakitkan.

Sakitnya itu disini.

He :p





Письмо моей маленькой сестре


Dear my litle sista
Dhe, teteh tidak tahu kapan dirimu akan mengunjungi blog dan menemukan tulisan ini. Sederhana keinginan teteh pada dede. Tumbuhlah wahai adik kecilku, tumbuhlah menjadi gadis sholehah yang mencintai dan dicintai Allah dan Rasul-Nya. Do'a dari teteh, semoga darah pejuang  seperti Nusaibah mengalir pada darahmu,

恋におちた時


Dalam postingan sebelumnya kita telah membahas tentang cinta dan macam-macam cinta. Maka kali ini saya ingin mendeskripsikan bagaimana ketika kita tengah merasakan jatuh cinta.
Banyak orang yang menggambarkan, jatuh cinta itu berjuta rasanya, jatuh cinta itu bisa merubah mendung jadi cerah, kelabu jadi berwarna, musim gugur menjadi musim semi...

Selalu ada hikmah di balik sesuatu



Hari Jumat lalu tepatnya pada tanggal 25 Juli pada sore hari saya dan kedua sahabat tengah menikmati perjalanan "Mudik" -alias mulih ka udik atau mundur dikit- hehehe
gak penting keles  saya bahas itu...
Hal penting yang ingin saya sampaikan pada tulisan kali ini adalah tentang rambu-rambu lalu lintas yang ada disepanjang jalan tol Cileunyi-Cikopo... Lho, apa gunanya dan penting buat gue n lo.
Tepatnya hanya sebuah analogi. Sepanjang jalan, saya perhatikan yang namanya jalan itu "street is never flat" wew, nggak bagus bhs inggrisnya, hehe ah, sudahlah jangan dihiraukan. Jalanan menuju perjalanan pulang tidaklah selalu datar, kadang berkelok, naik  bahkan ada turunan tajam. Menariknya ternyata yang membuat jalan tol itu selalu aja memberikan aba-aba atau petunjuk.

Sabtu, 12 Juli 2014

Memahami Ciptaan-Nya



Berawal dari perbincangan dengan seorang sahabat yang konsen dalam dunia pengobatan Timur. Tepatnya hari rabu pada bulan Juli sekitar jam 10-an. Saya merasa terhenyak akan penjelasan tentang bagaimana cara memahami diri sendiri (khususnya memahami tubuh kita).
Sekedar ingin berbagi ilmu. Perbincangan itu sangat menarik dan membuat saya tertampar keras. Mengapa? Karena ternyata selama ini tanpa di sadari saya telah menzalimi tubuh ini. Betapa tidak? Dengan ketidaktahuan akan bagaimana cara menjaga kesehatan yang baik, hasilnya tubuh titipan Allah ini saya sia-siakan. “Maafkan saya wahai tubuh”.

Amanah




Kadang kita dipercaya untuk melakukan sesuatu yang ‘asing’ dimana kita tidak pernah ada pengalaman sebelumnya. Untuk pertama kalinya ada rasa pesimis yang menyelubungi hati. “Tidak bisa” “saya tidak mahir” “saya kurang terampil dalam bidang ini” 

Monolog



Saat itu saya duduk menikmati sejuknya sepoi angin yang menerpa dedaunan dan kadang terasa dingin menyusup pori kulit. Diiringi alunan merdu dari kicau burung yang saling bersahutan. Mungkin ini yang disebut 'alam raya bertasbih' -dalam Lagu Opick- 
Sungguh hari yang indah. Jarang saya memperhatikan ciptaan Allah yang Indah disekeliling.